02 April 2009

Gitar Tunggal

Istilah Gitar Tunggal mungkin tidak banyak dikenal oleh orang-orang yang hobby memainkan gitar meskipun sebenarnya seseorang yang baru belajar gitar biasanya selalu memainkannya dengan sendirian saja begitu pula seseorang yang akan mengaransemen sebuah lagu tidak jarang dimulai dengan satu gitar saja, begitu pula pemain gitar klasik juga sering tampil dengan mempergunakan satu gitar yang disebut dengan solo guitar. Akan tetapi mereka tidak menyebutnya dengan gitar tunggal secara khusu karena biasanya setelah lagu tersebut jadi dan mereka akan tampil, musik yang mereka mainkan itu akan berkolaborasi dengan alat musik lainnya. Berbeda halnya dengan istilah Gitar Tunggal di sini ialah bentuk format jadinya atau hasil finalnya memang hanya mempergunakan hanya satu gitar saja dan dimainkan oleh satu orang saja. Namun begitu cukup lumayan dan enak untuk didengar. Saya adalah salah seorang yang menyenangi musik tradisionil ini. Musik tradisional khas suku Semende (maksud disini adalah suku-suku serumpun anak bukit barisan (istilah penulis) atau sering diistilahkan dengan Lagu Batang Hari Sembilan ini terdiri dari beberapa suku antara lain : Besemah, Lahat, Ogan, Pagar Alam, Lintang dan daerah yang memiliki kemiripan bahasa degan dealek "e" contoh kata = tebu), kenapa menyebut Semende kebetulan saja penulis adalah seorng Semende.

Saya mulai mengenal Gitar Tunggal pada tahun 1974 sejak saya usia 12 tahun pertamakali belajar dengan ayah saya, dan hanya belajar satu tebah maksudnya satu jenis lagu, lalu setelah itu vakum kemudian pada tahun 1978 saya bertemu dengan seorang guru, yang saya memanggilnya Kak M Adenan dan saya mulai lagi belajar gitar tunggal dan mendapatkan sekitar 6 bentuk petikan atau tebah, setelah itu vakum lagi, pada tahun 1987, saya belajar dengan Mang Benuri Sahad sorang pemain gitar tunggal yang padai sekali dari beliau saya mendapat tambahan lagu sebanyak 20 lagu, dilanjutkan dengan adiknya yaitu Bik Waya yang pernah tenar pada eranya untuk orang-orang negeri Batang Hari Sembilan, darinya saya mendapat satu jenis petikan dan sembari memperdalam 20 lagu di atas. Lalu pada tahun 2004 saya belajar dengan Kak Zainuddin (alm.) dari beliau saya dapatkan lagu-lagu dari berbagai daerah khususnya lagu dari Lematang Ulu, akan tetapi yang sangat disayangkan pertemuan kami hanya sebentar hanya beberapa tahun saja beliau sudah dipanggil menghadap-Nya. Setelah beliau tiada saya masih berlatih dengan seadanya dengan harapan dapat mewarisi walau hanya beberapa persen kemampuan beliau.

Sebenarnya berbicara tentang Gitar Tunggal tidak lepas kaitannya dengan pembicaraan mengenai Sastra dan budaya daerah tersebut antara lain yang paling berhubungan adalah Sastra Lisan. Sastra lisan suku-suku tersebut antara lain : Guritan, Anda-andai, memuning, dan rejung (rejunk). Untuk tiga jenis sastra yang pertama, guritan, andai-andai dan memuning, biasanya tidak memakai media alat musik. Akan tetapi untuk jenis rejung dapat dilakukan tanpa alat musik atau mempergunakan alat musik. Alat musik yang dapat dipergunakan antara lain adalah Ramanika (Accordion), Piul (Violin), Gambus, ataupun Gitar Tunggal. Sementara alat musik yang lain seperti Suling (seruling), Seredam , dan Ginggung tidak dapat dipergunakan untuk megiringi tembang atau rejung dikarenakan ketiga alam musik tersebut adalah alat musik (sejenis alat musik tiup). Dari sekian alat musik yang dapat mengiringi tembang hanya guitarlah yang paling menonjol dikarenakan berkemungkinan dalam mempelajarinya tidak terlalu sulit bila dibandingkan dengan alat-alat yang lainnya. Gitar tunggal merupakan alat musik yang terbilang baru dipergunakan oleh suku Semende dan tidak seberapa banyak lagu yang dapat dimainkan dengan alat musik ini beberapa lagu itu antara lain : Lagu Ude Nak Ude, Lagu Ujan Angin, Tebah Ndung Ci'an dan beberapa lagu lagi, akan tetapi tidak banyak, berbeda halnya dengan lagu-lagu dari daerah Lematang yang dipopulerkan oleh Kak Zainuddin sejak tahun enam puluh-an seperti : lagu Ribu-Ribu, lagu Antan Delapan, Lagu Merantau Jauh, Lagu Segindang-Gindang, lagu Erai-Erai, dan lagu-lagu lainnya yang bibawakannya dengan amat sempurna. Begitu pula Lagu daerah Kikim seperti Lagu Cik Minah dikemasnya menjadi lagu Mas Mirah. Penulis berpendapat hampir seluruh lagu yang pernah dimainkannya dapat dikatakan mendekati sempurna ia benar-benar seorang maestro untuk bidang ini kalau tidak dapat dikatakan melegenda. Begitu pula lagu gitar tunggal dari daerah lainnya, seperti : Untuk daerah Kikim dikenal pegitartunggalnya antara lain Syafrin, Untuk daerah Ogan Sahilin, Denali, Malili, daerah Musi Rawas, dikenal nama Rusli Effendi, untuk daerah Lintang IV Lawang dikenal Han Sofian, dan M Rozi, daerah Pagar Alam dikenal nama seperti Isran AR, dari Besemah dikenal nama seperti Waya, begitu pula halnya dengan daerah-daerah lainnya, masing-masing mereka yang tersebut di atas memiliki album lebih dari sepuluh album banyaknya yang diprakarsai oleh Palapa Record yang dimulai sejak awal tahun 70-an sampai dengan penghujung tahun 80-an. Sementara itu untuk daerah Semende sendiri tidak begitu dikenal pegitartunggalnya kalau boleh dibilang hanya beberapa orang diantaranya ialah Effendi dan Junaidi Daulay, yang dalam rekamannya biasanya sudah memuat juga cara-cara petikan dari Lematang atau daerah lainnya.

Tembang

Tembang dimaksud di sini adalah sya'ir yang didendangkan oleh penyanyi yang disebut dengan penembang. Biasanya tembang tersebut tidak sebagaimana yang dilantunkan oleh penyanyi-penyanyi dunia yang memiliki alur sebuah cerita, melainkan ia merupakan beberapa buah pantun untuk sebuah lagunya biasanya berkisar antara 6 s/d 20 pantun pertebahnya (perlagu) dengan durasi sekitar 15 sampai dengan 30 menit untuk satu tebahnya. Sebagaimana pantun pada umumnya yaitu terdiri dari empat baris bersajak ab ab, dua baris pertama sebagai sampiran dan dua baris berikutnya adalah isi dari pantun tersebut.

Steeman Gitar

Karena permainan Gitar Tunggal umumnya tidak bersama-sama dengan alat musik lainnya maka dalam steemannya didapati beberapa jenis steeman sepengetahuan penulis diapati sebanyak lebih dari enam jenis steeman guitar. Maka tidaklah heran bila ada yang berkomentar pemain Gitar Tunggal itu memainkan gitar yang salah steeman, tentu saja bila ia melihatnya dari sudut steeman musik pada umumnya. Jenis steeman ini tiada lain gunanya agar supaya sebuah tebah (lagu) itu dapat dimainkan dengan mudah. Biasanya satu steeman dapat dibawakan beberapa tebah, lalu untuk tebah yang lainnya mempergunakan steeman yang lain pula.

Itulah sekelumit kisah tentang Gitar Tunggal, dan beberapa hal yang berkaitan dengannya, namun sekarang sayangnya lagu-lagu tersebut semakin hari semakin ditinggalkan oleh generasi penerus suku semende dan suku lainnya dan mulai tergeser oleh lagu-lagu dan budaya yang lain sehingga tidak banyak lagi yang meminatinya apalagi menguasainya, berkemungkinan besar nantinya akan hilang sama sekali, dan tidak akan dikenal lagi oleh beberapa generasi yang akan datang.

5 komentar:

  1. TEMBANG INI HARUS DILESTARIKAN; OLEH SEGENAP ANAK JAGAD BESEMAH LEBAR SEMENDE PANJANG; BESEMAH UTARA, BESEMAH SELATAN , BESEMAH BARAT ATAU BESEMAH TIMUR (SEMENDE) DI JAGAD BESEMAH KITE

    BalasHapus
  2. TOLONG KEMANE ENDAPATKAH BERAGAM MACAM TEMBANG-TEMBANG INI, KAMI DI BESEMAH SELATAN (KAUR) LAH RINDU DENGAN TEMBANG ASLINYE

    BalasHapus
    Balasan
    1. bebeghape taun ye lalu masih ade kaset-kaset lagu rekaman Palapa Record di toko Gumarang Palembang entahlah amu mbak ini. Terime kasih lah berayak ke Blog ini.

      Hapus
  3. Oo ye ambo jugo ndak lagu iko... batanghari 9... ok

    BalasHapus
  4. sesuai pesan pada aryalinggakaur dulu... lah kukarokah dik bedie agi ding...alangkah sege setitu ...luk encakagh biaya lokak s3 saje..ding ?

    BalasHapus