03 April 2009

Kak Zainuddin Dalam Kenangan


Sejarah Munculnya Rekaman Lagu Daerah Sumsel

Kalau seseorang pernah tahu dan ingat dengan Palapa Record, yang mana telah memproduksi mungkin hampir seribu album atau lebih lagu daerah, maka sepertinya kita akan mengingat kembali sosok sesorang yang bernama Zainuddin, karena dialah orang pertama yang direkrut oleh pihak Palapa Record untuk mengisi dapur rekaman di Palapa tersebut. Akan tetapi sebelum kita berbicara lebih jauh tentang kisah Kak Zainuddin dalam aktivitasnya rekaman di Palapa, ada sedikit ceritera berkaitan dengan media elektronik yang merupakan faktor penentu munculnya kaset daerah yang di produksi oleh Palapa rekord tersebut. Di penghujung tahun enam puluh-an teknologi elektronik mulai masuk ke daerah-daerah tidak terkecuali daerah Semende, Lahat, Pagaralam dan sekitarnya. Masuknnya tape recorder menggantikan pick up yang mempergunakan piringan hitam yang sudah lebih dahulu masuk. Sebelumnya hanya radio yang sudah dikenal oleh masyarakat yang jauh datang terlebih dahulu. Dengan media radio inilah masyarakat dapat mendengarkan hiburan dan berita-berita dari penyiar. Untuk siaran hiburan biasanya akan diperdengarkan berbagai lagu apakah itu lagu perjuangan atau pun lagu jenis lainnya sementara untuk menampilkan kesenaian daerah maka diperdengarkan pula khusus satu acara, dikenal dalam siaran RRI Palembang pada malam tertentu yang diberi nama lagu-lagu Batang Hari Sembilan yang diisi secara live oleh pembawa lagu. Namun jauh sebelumnya ada yang menceriterakan bahwa yang pertama mulai dikenal oleh masyarakat Semende khususnya daerah Way Tenong yaitu radio yang harus mempergunakan baterai sebayak lima puluh buah, akan tetapi radio jenis ini jarang yang memilikinya karena harganya yang sangat mahal, sehingga jika bukan benar-benar orang yang punya kebun kawe (kopi)yang lebar, tidak mungkin akan dapat untuk membeli. Untuk dapat membelinya haruslah memiliki kopi yang banyak, kurang lebih satu atau dua ton kopi, harga kopi ketika itu sangat murah, ditambah lagi perkebunan masa itu masih bersifat tradisionil bibit kopi diambil dari bawah pohon kopi yang sudah terlalu masak dan tidak sempat untuk dipetik sehingga ia runtuh dan tumbuh di bawah pohon induknya, inilah yang diambil untuk bibit yang kemudian dipindahkan ke sebuah tanah garapan yang sudah disiapkan, begitulah metodenya jika seseorang ingin berkebun kopi, sehingga untuk mendapatkan 2 ton kopi seseorang harus memiliki kebun setidak-tidaknya seluas 10 hektar, berbeda dengan sekarang ini seseorang yang akan membuat perkebunan kopi, dia akan mempersiapkan bibit terlebih dahulu dengan jalan mencari pohon kopi yang sehat dengan buah yang lebat dan besar-besar, lalu dipilih buahnya yang paling sempurna lalu disemaikan terlebih dahulu setelah bibit berusia satu tahunan barulah dipindahkan ke kebun, hasilnya bisa mencapai tiga sampai sepuluh kali lipat dari cara sebelumnya.

Dari Belajar Hingga Rekaman

Kembali ke pembicaraan mengenai kak Zainuddin dan Palapa Record, setelah tape recorder mulai beredar maka saat itu orang mulai dapat memilih lagu-lagu yang ingin mereka dengar dengan cara mengganti kaset tidak seperti halnya radio yang hanya dapat mendengar tanpa dapat untuk menentukan sendiri lagu yang diinginkan selain itu tape tersebut dapat pula menangkap suara dari luar sehingga sejak saat itu mulai bisa merekam suara (recording), bila ada musik atau tembang yang menarik, dan mulai pulalah dapat untuk didokumentasikan audio dengan jalan direkam. Kak Zainuddin sekitar pertengahan tahun 50-an mulai mengenal yang dinamakan guitar, saat itu gitar yang dia pakai pertama itu adalah gitar yang terbuat dari bambu buatan sendiri karena untuk membeli oleh beberapa faktor belum dapat dan akhirnya dia dibelikan oleh pamannya, dengan gitar itulah kak Zainuddin belajar gitar secara autodidak sejak saat itu di wilayah Sumatera Selatan mulailah dikenal seorang bernama Zainuddin sebagai pegitar tunggal, di masa itu pula mulai muncullah studio rekaman pribadi di daerah Lahat yang mempergunakan tape recorder seadanya yang dimiliki oleh Damak. Lewat studio inilah orang mulai banyak mengenal Zainuddin. Kak Zainuddin yang saat itu masih muda dan dia suka-suka saja bila ada yang membutuhkan dirinya untuk minta tolong memperdengarkan lagu tembang gitar tunggal, Damak pun tidak ragu-ragu mengundang kak Zainuddin untuk memetik gitar tunggal walaupun hanya diupah dengan rokok satu bungkus ditambah kopi satu gelas serta goreng-gorengan pisang maka tak kalah semangatnya kak Zainuddin pun menembangkan lagu-lagu gitar tunggalnya, dari kolaborasi antara petikan jari-jarinya ditambah dengan suaranya yang halus membuat ia sebagai seorang mastro dibidang ini, Damak pun tidak kalah semangatnya maka iapun terkadang mengundang gadis-gadis dari Kikim, Tebing, Besemah, Semende dan lainnya, agar dapat menembang dengan kak Zainuddin, dari mana-mana para penembang pun berdatangan yang merasa punya suara yang baik akan mencoba untuk bertembang dengan kak Zainuddin atau mereka menembang kak Zainuddin hanya mengiringi saja dengan gitar tunggalnya, orang akan merasa bangga sekali bila dapat bersanding menembang dengan kak Zainuddin. Apabila sudah demikian maka Damak pun tidak ingin kesempatan itu tersia-sia iapun memasang beberapa buah tape recorder dan merekam petikan dan tembang dari mereka ini, sehingga banyak didapati lagu daerah yang beredar melewati kaset rekaman Damak ini, bagi siapa yang berminat untuk mencari lagu-lagu daerah waktu itu maka dapat dicari di toko yang dimilikinya itu, bagi yang menginginkan datang saja ke toko Damak, begitulah berlanjut banyak penembang yang pernah menembangkan lagu dengan pendamping kak Zainuddin sebagai pemetik gitarnya. Namun yang paling menarik bagi penulis ialah setelah mendapat ceritera bahwa dahulu di masa itu ada seorang penembang yang mempunyai suara bagus dari Pasemah ia bernama Rusilah ia sebagai seorang gadis dengan suara emas ditambah pula memiliki kemampuan untuk mengajar menari sehingga tidak heran kalau banyak yang mengundangnya untuk mengisi acara ketika ada pesta pernikahan atau acara hari besar lainnya, dari acara-acara kecil sampai dengan acara yang diselenggarakan pemerintah kabupaten Rusilah pernah tampil, dialah mascot kabupaten LIOT saat itu. Akan tetapi sayangnya meskipun ia memiliki kemampuan tinggi seperti itu namun secara finansial tidak mencukupi karena orang hanya memeberi sekedarnya saja sehingga jika ia ingin tetap hidup maka haruslah bekerja untuk mencari makan. Ketika suatu ketika ia bekerja di Lahat di saat itu damak pun tau lalu ditawarilah Rusil untuk menembangi gitar tunggalnya kak Zainuddin maka karena memang darah cinta seni yang mengalir pada dirinya ia pun memenuhi permintaan Damak tersebut lalu terjadilah rekaman sebagaimana rekaman-rekaman sebelumnya, dan itu adalah rekaman pertama yang merupakan pertemuan kedua master, yang satu master gitar tunggal yang satu lagi master penembang, rekaman malam itu sampai dengan jam 12:00 mereka sudah mendapatkan lima lagu: Antan Delapan, Ribu-ribu, Serai Serumpun, Satu Kemang kedue Nangke dan lagu Tutuk Padi, yang ditembangkan oleh Rusil dan digitari oleh kak Zainuddin lima lagu tersebut sudah mencukupi setengah kaset dengan durasi 30 menit. Kata Kak Zainuddin pada Rusilah, "Rusil sekarang sudah jam 12:00 cukup batas ini saja dulu, besok malam kita lanjutkan lagi yang setengah kasetnya". Maka merekapun pulanglah ke rumah masing-masing, dengan harapan besok atau lusa malam akan menambah empat lagu lagi untuk mengisi setengah kaset lagi. Keesokan malamnya kak Zainuddin langsung mendatangi rumah Damak dengan maksud untuk melanjutkan rekaman dengan Rusilah. Sesampai di rumah Damak kata kak Zainuddin, "Mak ! kita lanjutkah remkaman kite nggak Rusil (Mak ! kita lanjutin rekaman kita dengan Rusilah malam ini)". Jawab Damak "Oi, Din, Ade Masalah",. Kata kak Zainuddin lagi, "ah jangan beragam tuape die masalahnye (jangan canda masalah apaan)?". "Ngguknian kaba (Benar/serius) !" kata Damak lagi. "masalah apa", kata kak Zainuddin mulai tersa tidak enak dan antusias ingin tau, "Dik tau agi kite ndak neruskah rekaman, Rusil lah matik gi akap tadi (Kita nggak bisa lagi meneruskan rekaman dengan Rusilah, karena Rusilah telah meninggal tadi pagi)". Tanpa berkata apa-apa lagi saking sedihnya kak Zainudiin langsung lunglai serasa tubuhnya tidak lagi memiliki tulang, lemah, lesu, dengan segudang perasaan yang tidak menentu karena ditinggalkan sahabat yang dikenalnya itu. Penulis sempat mendengarkan sisa rekaman tersebut benar-benar sempurna, satu-satunya rekaman yang paling sempurna di antara rekaman-rekaman yang ditembangkan oleh pasangan, yang dijalani kak Zainuddin.

Rekaman Di Palapa Record

Di awal tahun 70-an di Pelembang berdirilah studio Rekaman yang diberi nama oleh pemiliknya dengan nama "Palapa Record" yang khusus memproduksi lagu-lagu daerah Sumatera bagian Selatan. Kak Zainuddinlah orang pertama yang ditawari untuk rekaman, saat itu beberapa orang dari Palembang dari Palapa Record datang ke daerah Merapi masuk dalam wilayah Kabupaten Lahat, sesampai di sana mereka menawarkan apakah kak Zainuddin bersedia dikontrak untuk menjadi salah satu pemetik dan penembang lagu gitar tunggal di Palapa Record, dengan syarat kalau sudah kontrak tidak boleh lagi rekaman di tempat lain, seraya memperlihatkan uang baru-baru seratusan rupiah sejumlah 300 ribu rupiah, kak Zainuddin pada awalnya berkeras menolak namun karena bujukan dan permintaan beberapa pihak akhirnya ia bersedia. Sejak saat itu mulailah beredar rekaman lagu-lagu kak Zainuddin ke berbagai pelosok Sumatera Bagian Selatan, melewati Palapa Record sendiri sebagai agen dan distributornya, setahun kemudian barulah menyusul penembang-penembang dan penggitar lainnya, setelah mereka lihat ternyata kak Zainuddin sudah setahun ikut rekaman di Palapa dan kasetnya sudah banyak beredar dan tidak ada apa-apa, artinya tidak terlibat barulah mereka pada bersedia untuk ikut rekaman di Palapa Record. Peroses perekaman ini berlangsung sampai akhir tahun 80-an, selama kurun waktu 15 tahun itu banyak sekali album lagu daerah yang diproduksi oleh Palapa, dari berbagai tembang, berbagai alat musik dan dari berbagai suku.

Kesan Penulis terhadap Kak Zainuddin

Dia adalah orang yang baik rendah hati dan tidak sombong walaupun tahan mati demi untuk membela haknya yang benar, berpakaian selalu rapi dan hidup yang mandiri. Pernah suatu ketika, ketika ia di Jakarta di saat mengajarkan gitar kepada saya, tiba-tiba datang seorang anak muda yang kebetulah dari daerah awalnya sengaja datang ke Tangerang untuk cari kerja setelah kerja kurang lebih tiga bulan tiba-tiba perusahaannya bangkrut. Kemudian ia menelpon saya, dia bilang "boleh tidak kalau saya mampir ke rumahmu karena saya sekarang lagi keteteran untuk makan saja tidak ada lagi, perusahaan yang saya ikuti sudah bangkrut". Saya jawab meskipun saya tidak tau persis siapa orang tersebut, "datang saja kemari", lalu saya beri rute perjalanan menuju ke rumah saya padanya. setelah lebih kurang lima jam kemudian dia sampai di rumah akhirnya saya teima dan kemudian setelah itu saya katakan padanya sehabis mempersilahkan makan, "istirahatlah, di sini bebas-bebas saja kalau mau minum ambil sendiri begitu juga kalau lapar lihat saja sendir" kemudian saya tinggalkan buat istirahat saat itu sekitar jam 14:00 sore, tidak lama sayapun tertidur setelah satu jam setengah kurang lebih, saya terbangun dari tidur, ada apa rame-rame di sebelah apa ada lagi tamu lain pikir saya dalam hati, rupanya pemuda tersebut sedang mengajari pak Cik saya bermain gitar tunggal akhirnya saya duduk diruang sebelah yang mana ruang tersebut memang disediakan buat tamu bila ada yang datang dan Kak Zainuddin juga diruangan itu yang mana memang tersedia dipan untuk tidur dan juga ada kamar mandi sendiri, dan saya pun duduk dimana mereka sedang bermain guitar tidak lama kemudian kak Zainuddin pun melihat saya sudah dudk di sana ia pun langsung bergabung dan duduk di samping saya yang sedang mendengarkan anak muda tersebut mengajarkan gitar tunggalnya saya perhatikan ada beberapa petikan (tebah) yang sudah dia mainkan akan tetapi dalam pengelihatan saya masih banyak kekurangan di sana-sini. Pak cik saya itu sengaja mulai memuji-muji pemuda tersebut, lalu pemuda itu pun makin semangat memberikan ceramah-cermah tentang teknik pemetikan gitar tunggal, semakin dipuji-puji semakin semangat pula pemuda tersebut memberikan wejangannya. Sampai pada satu ketika pemuda tersebut merasa bangga lantaran menyangka bahwa di sana tidak ada orang yang tau memainkan gitar tanpa menahan diri atau memperhatikan sekitarnya mulailah ia mengatakan "nah sekarang giliran murid dulu yang bermain gitarnya, masa iya sejak tadi guru terus", sambil meletakkan gitar di hadapan kami, "ah... tidak, kata Pak Cik guru itulah yang bisa yang lain tidak ada yang bisa", maka pemuda tersebut kembali mengambil guitar yang tadi sudah dletakkan seraya mulai lagi memainkan lagu-lagu (tebah)dengan rasa sangat bangganya, ia merasa bahwa tidak ada lagi yang kepandaiannya melebihi dia, suatu perasaan yang biasa timbul bagi orang yang baru menekuni permainan gitar, sehingga belum banyak pengalaman bermain gitar. Lebih kurang satu setengah jam kami mendengarkan pemuda itu, saya perhatikan reaksi kak Zainuddin saat itu ia hanya tersenyum mendengarkan celoteh pemuda tersebut yang menjelaskan panjang lebar tentang teknik-teknik permainan lagu-lagu gitar tunggal, ironisnya lagu-lagu yang dibawakan pemuda itu hampir semuanya adalah lagu kak Zainuddin yang sudah di pelajari penggitar lain kemudian direkam kembali di Palapa Record lalu dipelajari pula oleh penggitar lain dan penggitar lain lagi, sehingga tidak menutup kemungkinan pemuda tersebut sudah mendapatkan lagu tersebut melewati sepuluh orang pertaliannya untuk sampai ke kak Zainuddin. Tidak ada komentar dari kak Zainuddin hanya tersenyum melihat tinggkah laku pemuda tersebut, dan tidak juga mengambil gitar lalu dipetik untuk menunjukkan diri bahwa siapa dirinya yang memiliki kepandaian 10 kali bahkan 100 kali lipat dari pemuda itu, dan tidak juga memberikan teguran yang akan mengakibatkan pemuda itu malu. Padahal dahulu sekitar penghujung tahun Di saat ia lagi semarak-semaraknya rekaman di Palapa biasanya akan berkumpul baik itu pemetik gitar atau pun penembangnya, sehingga tidak jarang terjadi pertukaran lagu antara pemetik gitar, biasanya saat mereka kumpul maka antara mereka akan saling tanya mana lagumu yang baru, maka merekapun ada yang agak pelit tapi banyak yang sifatnya sangat terbuka yang seperti ini diantaranya kak Zainuddin dia tidak akan sungkan-sungkan memberi bila ia punya termasuk masalah lagu ini, sebagai imbalan maka merekapun tidak sungkan untuk memperdengarkan lagu mereka kepada kak Zainuddin, biasanya kalau sudah seperti ini kak Zainuddin tidak akan kesulitan untuk mendapatkan lagu dari orang lain, akan tetapi tidak demikian halnya dengan orang lain mereka terkadang kesulitan untuk mendapatkan lagu kak Zainuddin bukan karena tidak sungguh-sungguh diajarkan melainkan hanya mereka saja tidak dapat untuk menyerapnya kalaupun dapat hanya berkisar 60% saja. Dari sikap itu dapat kita lihat tidak pernah kak Zainuddin akan mengecilkan apalagi memandang rendah kemampuan orang lain, itulah salah satu kelebihan beliau. Dan tidak pula ia akan merasa tersinggung saat orang lain mengecilkan dirinya lantaran mereka kurang populer sementara kak Zainuddin seperti batu karang tak tergoyahkan posisinya, hampir setiap lagunya enak untuk didengar tidak jarang bila kak Zainuddin membawakan lagu yang berasal dari salah satu daerah ia akan menampilkan lagu tersebut dengan caranya "in the way only He can do", dari situ menunjukkan bahwa ia adalah benar-benar seseorang yang memahami hakekat seni.
Sekarang penembang dan pemetik gitar itu sudah tiada hanya karya-karyanya yang tersisa yang mungkin dapat dijadikan sebagai bahan bahwa dia pernah menyemarakkan dunia gitar tunggal di dunia ini, dan dapat menjadi rujukan bagi yang ingin memperdalami petikan-petikan gitar seperti dia. Inilah sekelumit ceritera tentang kak Zainuddin penulis sengaja menuliskan ini sebagai pelepas rasa rindu kepadanya, tidak ada unsur atau kepentingan lainnya. Berikut ini saya tampilkan salah satu rekaman tidak lama menjelang kepergian beliau. Inilah dia Kak Zainuddin dalam "Latak Litung".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar